Orang-orang Kafir Tidaklah Menyebutkan Kata ‘Sihir’ untuk Al-Qur'an dan Rasulullah Melainkan untuk Celaan dan Hinaan

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

"Shaad, demi Al-Qur'an yang mempunyai keagungan. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta'. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (meng-esakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan, mengapa Al-Qur'an itu diturunkan kepadanya di antara kita?" Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al-Qur'an-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan adzab-Ku." (Shaad : 1-8)

Ini bentuk perlawanan dalam memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Qur'anul Karim. Mereka berada dalam kesombongan, permusuhan sengit, kekufuran, dan pembangkangan. Tidaklah mereka inginkan dalam menyebutkan kata sihir dan dusta terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan untuk menghinakan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menghalangi manusia dari mengikutinya. Sedangkan sumber peperangan ini ialah pendustaan dan keraguan akan apa yang diturunkan kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman:

"Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur'an pun yang baru (diturunkan) dan Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main, (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang dzalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: 'Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya?' Berkatalah Muhammad (kepada mereka): 'Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'. Bahkan mereka berkata (pula): '(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mu’jizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus'." (Al-Anbiyaa': 1-5)

Mereka berada dalam kedunguan dan berpaling, orang yang hatinya dipenuhi oleh kelalaian. Mereka dalam mendengarkan Al-Qur'an hanya bermain-main, serta ahli makar, tipu daya, dan zhalim dalam memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Qur'an. Mereka tak kenal lelah dalam memburukkan Rasulullah dan Al- Qur'anul Karim, tidak pula dalam merintangi Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pandangan mereka adalah manusia, maka mustahil kalau Allah subhanahu wa ta’ala mengutusnya, inilah keadaannya. Adapun apa yang diturunkan kepadanya adalah sihir dan mimpi kacau yang dia buat-buat. Bahkan dia seorang penyair, sedangkan Al-Qur'an itu syair dan sihir. Bagi mereka inilah puncak pemburukan, pembusukan, dan pendustaan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

"Dan tak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling darinya (mendustakannya). Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang haq (Al-Qur'an) tatkala sampai kepada mereka. Maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan." (Al-An'aam : 4-5)

Allah subhanahu wa ta’ala menjawab mereka dengan ancaman pembinasaan sebab pendustaan dan pemburukan mereka. Lalu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam susunan kalimat ini menerangkan demikian kuatnya mereka dalam pembangkangan, aniaya, dan mendustakan:

"Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: 'Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata’. Dan mereka berkata: 'Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang Malaikat?' dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-Iaki), Kamipun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu. Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (adzab) olok-olokan mereka." (Al-An'am : 7-10)

Mereka dalam memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kebenaran telah menggunakan senjata yang paling diandalkan. Maka di sisi mereka tidak ada yang paling buruk daripada 'sihir', akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala memburukkan mereka. Mereka tidak sanggup memalingkan orang- orang selain dengan kata ini diikuti dengan olokan dan ejekan untuk menambah pengkaburan, serta mereka mempertimbangkan sangat dalam apa yang dapat menghalangi manusia dari beriman pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Qur'an, sebagaimana keadaan para musuh rasul-rasul sebelum mereka, bahkan kaum jahiliyah yang ini lebih keras dalam memberikan perlawanan dan memerangi.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

"Maka tetaplah memberi penngatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila. Bahkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya". Katakanlah: "Tunggulah, maka sesungguhnya akupun termasuk orang yang menunggu (pula) bersama kamu". Apakah mereka diperintah oleh pikiran-pikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas? Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur'an itu jika mereka orang-orang yang benar." (Ath-Thuur : 29-34)

Di sini mereka menyifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Qur'an dengan sifat paling buruk yang sudah dikenal di kalangan mereka yang menandakan demikian kuatnya pengkaburan dan upaya mereka membuat manusia lari menjauh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan ahli tenung dan orang gila, sedangkan ajarannya mantera dan kegilaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam penyair yang membuat-buat perkataan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan ajarannya kepalsuan dan kedustaan. Sumber dan akar dari kesemuanya itu adalah kekafiran dan kelaliman, mereka tidak memaksudkan dengannya selain menikam dan mengkaburkan.

Jika ternyata demikian realitas kuffar yang mendustakan dan begitu maksud tujuan hina mereka, tentunya tidak boleh mengatakan Al-Qur'an itu sihir, sebagaimana tidak boleh menyebutnya syair, tidak juga mantera perdukunan. Sebagaimana tidak boleh mengatakan Rasulullah sebagai seorang penyihir, penyair, dukun, pendusta, gila,….. Jadi pengharaman dan larangan menggelari sihir Al-Qur'an dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama dengan keharaman menyebutkan dusta, dukun, syair, gila, dan segala macam celaan kuffar terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan risalahnya untuk mendustakan, mengolok, mengejek, memburukkan, dan membuat lari.

Barangsiapa mengatakan bahwa orang-orang kafir menyatakan Al-Qur'an dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sihir bukan dengan semua maksud yang dinyatakan oleh Al-Qur'an dan bukan sebab motivasi yang ditegaskan oleh Al-Qur'an, maka dia tidak lain dari seorang yang berbicara sembrono, asal ngomong, dan menabrak Al-Qur'anul Karim yang diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Maha Tahu dengan ucapan-ucapan kuffar yang mendustakan itu:
"Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah?!" (Al-Baqarah : 140)

[Dari: Nadzaraat fii Kitaabi At-Tashwiir Al-Fanniy fil Qur'aan Al-Kariim li Sayyid Quthb; Penulis: Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhaly; Edisi Indonesia: Bantahan Terhadap Kitab At-Tashwirul Fanniy Fil Qur'an karya Sayyid Quthb; Hal: 104-111; Penerjemah: Muhammad Fuad, Lc; Cetakan: Pertama, Maret 2008; Penerbit: Pustaka Ar Rayyan]

0 komentar: