Membantah Buku Masyahidul Qiyamah Fil Qur'an yang Berjalan Berdasarkan Kaidah Sayyid Quthb dalam At-Tashwirul Fanniy

Dia katakan dalam menafsirkan firman Allah subhanahu wa ta’ala di surat Ar-Rahman dari ayat:

"Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga." (Ar-Rahman : 46)
Hingga akhir surat.

Dia melakukan studi banding antara dua surga dengan segala kenikmatannya, kenikmatan kota dan kenikmatan desa.

Dia katakan:
((Keduanya adalah dua derajat kenikmatan. Yang pertama tampil dalam bentuk kemewahan kota, sedangkan yang kedua tampil dalam gaya kemewahan pedalaman. Engkau melihat semua bentuk dan gambar ini semata sebagai contoh bagi kenikmatan untuk mendekatkannya kepada indera dan menggambarkannya dalam khayalan. Saya tidak sanggup untuk memastikan apapun, saya tidak mempunyai hujah yang jelas)).

Maksudnya: dia tidak bisa menentukan adanya kenikmatan inderawi jasmani dari dua surga yang padanya ada banyak mata air yang mengalir, pepohonan, buah-buahan, dan bidadari yang laksana permata Ya'qut dan Marjan, permadani yang bagian dalamnya sutera, rumah, dan bantal-bantal hijau.

Dia tidak sanggup untuk memastikan bahwa semua hakikat ini tsabit (benar adanya) yang dapat dlsaksikan oleh mata kepala, juga tidak bisa mengatakan bahwa kenikmatan yang ada di dalamnya bersifat inderawi; makan, minum, bertelekan, serta berhubungan dengan bidadari yang memiliki puncak kecantikan.

Dia tidak mampu untuk memutuskan adanya sesuatu dari semua ini secara wujud, sebab ia hanyalah contoh bagi kenikmatan yang mendekatkannya kepada indera dan menggambarkannya dalam khayalan. Dia tidak mempunyai hujah yang jelas bahwasanya semua itu hakikat yang tersentuh dan disaksikan serta kenikmatannya kenikmatan jasadi. Lihat bukunya Al-Masyahid halaman 216.

Dia katakan dalam memberikan penafsiran terhadap firman Allah subhanahu wa ta’ala di surat Al-Muddatstsir:

"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka saling bertanya tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, 'Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka) ?'." (Al-Muddatstsir : 38-42)

((Kenikmatan di sini bukan sekedar keselamatan dan keterlepasan saja. Akan tetapi juga merasakannya dan teristimewakan dari kaum jahat, ia sebuah kenikmatan jiwa yang maknawi yang dilukiskan dalam pemandangan dialog antara dia dengan para pelaku kejahatan:

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)?" (Al-Muddatstsir : 42) ))

Dia tidak mengimani kenikmatan materi, inderawi, dan jasmani di surga, semuanya itu dalam aqidahnya hanyalah kenikmatan jiwa, ruh, dan maknawi. Inilah aqidah faham kebathinan.

________________________


[Dari: Nadzaraat fii Kitaabi At-Tashwiir Al-Fanniy fil Qur'aan Al-Kariim li Sayyid Quthb; Penulis: Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhaly; Edisi Indonesia: Bantahan Terhadap Kitab At-Tashwirul Fanniy Fil Qur'an karya Sayyid Quthb; Hal: 112-114; Penerjemah: Muhammad Fuad, Lc; Cetakan: Pertama, Maret 2008; Penerbit: Pustaka Ar Rayyan]

0 komentar: