Membantah Sayyid Yang Menamakan Al-Qur'an dengan 'Sihir' Berulang-ulang Kali

Kaum kuffar musyrikin telah menyifati Al-Qur'an yang agung dan Rasulullah yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan banyak gelar yang buruk, di antaranya; sihir, dukun, dusta, palsu, dan berbagai tuduhan busuk lainnya untuk menghinakan Al-Qur'an dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga manusia lari dari keduanya.

Allah telah membantah mereka dengan bantahan yang sangat kuat sehingga semua pemburukan dan pemalsuan ini dapat dienyahkan untuk membela nash-nash Kitab-Nya dan Rasul-Nya yang jujur terpercaya, seorang utusan sebenarnya dari Rabb sekalian alam.

Jikalau realitasnya seperti ini, maka tidak boleh sama sekali menyifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan gelar 'penyihir', sebagaimana tidak boleh menyifatinya sebagai dukun dan pendusta. Demikian juga dengan Al-Qur'an tidak boleh disebut 'sihir' sebagaimana tidak boleh menyebutnya mantera dukun, kedustaan, atau cerita fiksi. Semuanya gelar buruk yang dibuat-buat oleh para pendusta yang menolak Al-Qur'an yang agung dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur terpercaya.

Tidak boleh menyifatinya sebagai syair, mantera dukun, cerita, serta semua lafazh buruk yang dipergunakan kuffar dalam memburukkan Al-Qur'an dan mengaburkan kewibawaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghalangi manusia dari beriman dan mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Namun Sayyid Quthb justru menyebutkan lafazh tercela lagi hina di pandangan seluruh umat manusia ini berulang-ulang. Saya akan menyebutkan sebagiannya:

[1] - Halaman 8: "Akan tetapi sihir dan daya tariknya senantiasa ada". Yakni gambar-gambar yang dia khayalkan pada Al-Qur'an.
[2] - Halaman 11, dia beri judul 'Sihir Al-Qur'an'.
[3,4] - 'Sihir Al-Qur'an terhadap bangsa Arab'. Dia katakan tentang kisah 'Umar radhiyallahu ‘anhu dan Al-Walid bin Al-Mughirah: "Keduanya dapat menemukan sihir ini."
[5] - Halaman 11: "Kemampuan sihir yang menaklukkan ini, di mana kaum mukmin dan kuffar sama-sama mengakuinya."
[6] - Halaman 13: "Hanya saja semua sebab ini tidaklah menafikan bahwa ia adalah sebab sihir Al-Qur'an."
[7,8,9,10] - Halaman 14 'Sihir yang dipelajari': "Dia menyebutkan sebab imannya pada sihir ini. Ini sungguh menunjukkan sihir Al-Qur'an terhadap bangsa 'Arab, di sinilah bertemu kisah kufur dan kisah iman dalam pengakuan terhadap sihir Al-Qur'an. Tidaklah lebih kurang dari kedua kisah tersebut dalam penunjukan terhadap sihir ini, apa yang diceritakan oleh Al-Qur'an…… dari sebagian kuffar: Janganlah kalian mendengarkan Al-Qur'an ini!"
[11] - Halaman 17: Tema 'Sumber sihir ini'.
[12] - "Bagaimanakah bersepakat mengakui sihirnya baik kaum mukmin maupun kuffar".

Saya katakan: Mustahil kaum mukmin menyetujui bahwa ia sihir, akan tetapi mereka hanya beriman bahwasanya ia adalah wahyu dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

[13,14] - Halaman 18: "Wajib atas kita untuk mencari mata air sihir ini di dalam Al-Qur'an". Dan: "Walau begitu namun dia mengandung sumber mata air ini yang dirasakan oleh bangsa 'Arab lalu mereka berkata:

"Ini hanyalah sihir yang dipelajari."

Saya katakan: Telah diketahui dengan baik bahwa mereka tidaklah mengucapkannya dalam rangka memuji bahkan mereka mengatakannya untuk mencela yang motivasinya adalah dengki, sombong, dan permusuhan.

[15,16,17] - Halaman 19: "Hendaklah kita memerhatikan surat-surat ini sebagai contoh, agar kita dapat melihat sihir apa yang terkandung di dalamnya yang membuat Al-Walid terguncang dengannya". "Di manakah sihir yang diomongkan oleh Walid bin Al-Mughirah[15] setelah berpikir dan meraba-raba". "Maka mesti sihir yang dia maksudkan itu tersembunyi di sisi selain bagian tasyri' (penetapan syari'at)".

Saya katakan: Telah diketahui jelas bahwa Al-Walid tidaklah mengatakan:

"Ini hanyalah sihir yang dipelajari." (Al-Muddatstsir : 24)

Melainkan untuk menjelekkan, memburukkan, dan menjauhkan manusia darinya, makanya Allah mencelanya dengan sangat keras dan mengancamnya bahwa Dia akan memasukkannya ke dalam Neraka Saqar.

[18] - Halaman 24: "Marilah kita memperhatikan surat-surat ini secara global agar kita dapat melihat sihir apakah yang ada padanya yang telah memengaruhi orang-orang terdahulu yang pertama mengikuti Muhammad, sampai sebelum Islam berjaya dengan 'Umar."

[19,20, 21,22] - Dia katakan tentang bangsa 'Arab yang hidup di masa turunnya Al-Qur'an, halaman 25: "Sesungguhnya mereka sesekali menamakannya syair dan sesekali dengan sihir". Lalu dia katakan: "Orang-orang yang tersihir telah menyambutnya dengan penerimaan, baik mereka yang beriman atau yang kafir. Mereka yang ini disihir maka menyambut dengan iman, sedangkan mereka yang itu disihir maka lari. Lalu kedua kelompok berbicara tentang apa yang telah mengenai mereka dari sihir itu, ternyata ia adalah pembicaraan yang gelap dan tidak menampakkan bagimu lebih dari sekedar gambaran seorang yang tersihir sedang terengah-engah tanpa mengetahui di mana letak kekuatan sihirnya."

Perhatikanlah bagaimana Sayyid memakai kata ‘kena’ yang dihubungkan dengan orang yang terkena sihir dan jin. Bisa jadi engkau akan mengatakan: Sayyid hanyalah memaksudkan pengaruh Al-Qur'an.

Saya tegaskan: "Ya, tapi apakah dia tidak bisa menggunakan kata ‘pengaruh', 'kekuatan pengaruh', dan semisalnya?! Jelas ia bisa, hanya saja Sayyid telah menyatakan jika dirinya memang tidak tunduk dalam pekerjaannya ini akan suatu aqidah keagamaan yang bisa membelenggu pikirannya dari pemahaman.

Juga dikatakannya di halaman 25: "Sesungguhnya kita benar-benar sanggup untuk meninggalkan sementara kesucian Al-Qur'an yang bersifat keagamaan."

Inilah rahasia menyebutkan sihir untuk Al-Qur'an, serta penyebutan panggung sandiwara, film, musik dan lain sebagainya yang tidak pantas untuk diberikan kepada kalimat seorang manusia yang menghargai dirinya dan kalimatnya, lalu bagaimanakah akan diberikan untuk kalimat para nabi, lantas bagaimana lagi jika dilekatkan pada kalimat Allah subhanahu wa ta’ala??

Sayyid Quthb berpandangan dalam At-Tashwir halaman 25 bahwa dia telah mendatangkan apa yang tidak disanggupi oleh para generasi awal dalam memahami Al-Qur'an, termasuk mereka semua itu: para shahabat, para ahli tafsir, para ahli balaghah (keindahan bahasa), dan lain semuanya. Diapun berkata 'Bagaimana memahami Al-Qur'an':

((Kita tidak sanggup mendapatkan dalam pembicaraan bangsa 'Arab yang hidup di masa turunnya Al-Qur'an gambaran yang tertentu akan keindahan seni ini yang mereka kadang menamakannya sya'ir dan kadang pula sihir. Walaupun kita sanggup untuk melihat sepintas gambaran pengaruh yang mengenai mereka. la telah disambut oleh semua yang tersihir, sama halnya mereka yang beriman atau kuffar. Yang satunya disihir lalu merekapun datang dengan iman, sedangkan yang lainnya disihir maka mereka lari. Kemudian masing-masing membicarakan apa yang telah mengenai dirinya dari sihir itu, ternyata ia adalah pembicaraan yang gelap dan tidak menampakkan bagimu lebih dari sekedar gambaran seorang yang tersihir sedang terengah-engah tanpa mengetahuil[16] di mana letak kekuatan sihirnya pada puitisasi menakjubkan yang mereka dengarkan, walaupun mereka benar-benar merasakan keindahan puitisasi itu di kedalaman hatinya berupa pengaruh aneh tersebut.

Inilah 'Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang berkata pada suatu riwayat: "Sewaktu saya mendengarkan Al-Qur'an maka menjadi lembutlah hatiku, saya menangis, dan dia membawaku masuk Islam" Ada yang meriwayatkan tentangnya bahwa dia berkata: "Alangkah indah dan mulianya kalimat ini" Lalu Al-Walid bin Al-Mughirah yang berkata sementara dia seorang yang kafir pada Muhammad dan Al-Qur'an tanpa peduli akan cinta dan loyalnya: "Demi Allah, ia benar-benar mempunyai kemanisan, memiliki keindahan menghancurkan apa yang ada di bawahnya, serta dia tinggi dan tidak tertandingi" sesudah itu dia berkata: "Itu hanyalah sihir yang dipelajari."))

KOMENTAR:
1. Tidak boleh melekatkan untuk Al-Qur'an nama sihir dan tidak juga untuk pengaruh yang ditimbulkannya terhadap jiwa dan akal.

2. Menggambarkan pemahaman 'Arab -yang masuk di antara mereka para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terutama 'Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu- bahwa pembicaraan mereka tentang pengaruh Al-Qur'an -yang disifatkan Sayyid Quthb sebagai sihir- terhadap jiwa mereka adalah pembicaraan yang gelap dan pembicaraan orang yang tidak mengetahui letak kekuatan pengaruh adalah suatu tindakan biadab. Terlebih lagi di antara mereka ada 'Umar radhiyallahu ‘anhu yang disebutkannya, sementara beliau seorang yang Al-Qur'an telah turun menyepakatinya dan mendukung pandangan-pandangannya yang dalam, dipersaksikan baginya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai ahli ilmu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Tatkala aku sedang tidur, aku dibawakan segelas susu, aku pun minum sehingga dengan jelas saya melihat sesuatu yang indah keluar dan jari-jariku. Lalu aku memberikan sisa minumanku untuk 'Umar bin Al-Khaththab". Para shahabat bertanya, "Bagaimana anda menakwilkannya, ya Rasulullah?" Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: llmu". Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab llmu, hadits no. 82 dan Muslim pada kitab llmu hadits no.2671. Sedangkan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

"Sebenarnya, Al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu." (Al-Ankabuut : 49)

Bagaimanakah pandangan Sayyid Quthb tentang ilmu dan pemahaman mereka ??

Pandangannya ialah (bencana....!) pembicaraan mereka tentang pengaruh Al-Qur'an gelap, serta mereka tidak tahu di manakah letak kekuatan pemberian pengaruhnya dalam puitisasi yang begitu menakjubkan yang mereka dengarkan itu. Padahal Al-Qur'an turun dengan bahasa mereka, mereka memahami maksud-maksud tujuannya lebih dari orang lain, serta mereka menggapai balaghah dan kemu'jizatan bahasanya hingga ke tingkat yang mereka tidak dilampaui oleh para tokoh ahli bahasa dan ilmu di setiap disiplin ilmu. Semua hal ini diakui oleh semisal Imam Asy-Syafi'i, Al-Ashma'i, Abu 'Ubaid Al-Qasim bin Salam, bahkan oleh seluruh kaum muslimin.

Lalu datang Sayyid Quthb yang mengomentari keilmuan dan pemahaman mereka dengan komentarnya itu, kemudian menganggap dirinya telah diberikan apa yang tidak diberikan kepada mereka semua, mengetahui apa yang tidak diketahui oleh mereka,…..??

Demi Allah, andaikan itu adalah ilmu yang benar dan bermanfaat maka tentu orang yang terbawah (tingkatan) nya dari kalangan mereka akan mengungguli Sayyid Quthb, lebih-lebih lagi mereka yang paling di atas. Akan tetapi, tidak ada yang baik menurut Sayyid Quthb selain menundukkan semua nash kepada kesenian bathilnya yang dia ambil dari pertunjukan, film, musik, sandiwara, ……. dari Eropa. Sangat disayangkan !!

Allah subhanahu wa ta’ala telah menyucikan Islam dan Al-Qur'an dari apa yang ditempelkan Sayyid Quthb padanya. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala telah membersihkan akal, akhlak, dan Dien para shahabat dari memahami Kitabullah yang agung semisal pemahaman Sayyid Quthb yang tidak lain sekedar sebuah bisikan dan khayalan setan.

________________________

[Dari: Nadzaraat fii Kitaabi At-Tashwiir Al-Fanniy fil Qur'aan Al-Kariim li Sayyid Quthb; Penulis: Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhaly; Edisi Indonesia: Bantahan Terhadap Kitab At-Tashwirul Fanniy Fil Qur'an karya Sayyid Quthb; Hal: 95-103; Penerjemah: Muhammad Fuad, Lc; Cetakan: Pertama, Maret 2008; Penerbit: Pustaka Ar Rayyan]

0 komentar: