Di pasal visualisasi kisah setelah tema ini pada halaman 190-191, Sayyid Quthb berkata: ((Terakhir, kami mengkhususkan tema ini pada bagian khusus keempat, keistimewaan seni pada kisah ini paling transparan dan paling berhubungan erat dengan tema buku ini.
Telah lalu kami katakan "Pengungkapan Qur'ani mencakupkan pada kisah ini pensil lukis inovatif yang dicapai dengannya semua pemandangan yang ditampilkannya, sehingga kisah memberikan visualisasi dan panggung kejadian yang sementara berputar, bukan sekedar kisah yang diceritakan dan bukan juga kejadian yang telah berlalu.))
Telah lalu kami katakan "Pengungkapan Qur'ani mencakupkan pada kisah ini pensil lukis inovatif yang dicapai dengannya semua pemandangan yang ditampilkannya, sehingga kisah memberikan visualisasi dan panggung kejadian yang sementara berputar, bukan sekedar kisah yang diceritakan dan bukan juga kejadian yang telah berlalu.))
Perhatikanlah kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Sayyid ini agar engkau dapat melihat bahwa pemaparan Al-Qur'an menurut pandangan Sayyid Quthb hanyalah adegan film yang dia dan semisalnya serap dari musuh-musuh Islam, kemudian dia praktikkan dengan segala sikap barbarisme terhadap kitab Allah subhanahu wa ta’ala yang tidaklah tersentuh oleh kebatilan, baik dari depan maupun belakang. Maha benar firman Allah subhanahu wa ta’ala:
"Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya)." (Al-Anbiyaa': 16-18)
Inilah kita yang melontari semua kebatilan Sayyid Quthb dengan Al-Qur'an, maka Al-Qur'an akan menghancurkannya beserta segala permainan yang ada di dalamnya, visualisasi pertunjukan bioskop dan drama panggung. Kita katakan padanya dan kepada semua guru-gurunya dari Eropa:
"Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya)." (Al-Anbiyaa': 18)
Saya tidaklah mengetahui ada orang yang menandingi kekurangajaran Sayyid Quthb terhadap Al-Qur'an dalam lembaran keagamaan dan kesenian di mana menurutnya 'seni itu sederajat dengan Dien’. Lalu Sayyid Quthb berkata setelah itu:
((Sekarang kami katakan: Visualisasi pertunjukan kisah ini beraneka warna, sebuah warna yang menampilkan kekuatan gambaran dan lebih hidup, sebuah gambar yang melahirkan perasaan dan keadaan jiwa, serta gambar yang melukiskan kepribadian. Warna-warna ini tidaklah terpisah satu dari lainnya, akan tetapi salah satu darinya nampak jelas pada suatu posisi tapi kelihatan pada dua warna lainnya lalu dinamai dengan namanya. Adapun yang paling tepat ialah bahwa semua sentuhan seni ini nampak dalam pemandangan kisah secara keseluruhan…………….
Di sini, "panggung"-lah yang dapat menerangkan apa yang tidak sanggup dijelaskan oleh perkataan semata. Kita ambil pemaparannya dan kisah para pemilik kebun, penampilan Ibrahim dan Ismail di depan Ka'bah, visualisasi Nuh dengan anaknya di hadapan air bah…….. Semuanya adalah contoh kekuatan visualisasi yang hidup, sampai pembacapun benar-benar menyangka peristiwa itu ada di hadapannya, dia dapat merasakan dan melihatnya sesuai dengan apa yang telah kami jelaskan. Adapun sekarang, maka kami akan menambahkan contoh yang baru.
Inilah kita yang menyaksikan kisah ashhabul kahfi (para penghuni goa). Mereka memusyawarahkan urusan mereka setelah diberi hidayah oleh Allah subhanahu wa ta’ala, berpisah dari kaum musyrikin:
"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguh-nya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dan kebenaran". Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu." (Al-Kahfi : 13-16)
Sampai di sini selesailah pertunjukan dan diturunkanlah tirai, ataupun berakhir babak/seri pertama ini dengan gaya paling maju, di mana perfilman dan sandiwara panggung abad ke-20 diberi hidayah hingga mengetahuinya. Sewaktu diangkat tirai selanjutnya, maka kitapun telah mendapatkan mereka sudah melaksanakan keputusan yang mereka pilih. Inilah mereka yang berada di goa itu, inilah mereka yang dapat kita lihat dengan mata kepala. Pengungkapan di sini tidak meninggalkan satupun keraguan bahwa kita benar-benar melihatnya secara yakin )).
Ini adalah kedustaan yang jelas dalam menafsirkan kitab Allah subhanahu wa ta’ala yang berisi kisah terbaik. Perhatikanlah bagaimana dia melumuri tafsir kitab Allah subhanahu wa ta’ala dengan kotoran-kotoran dari tempat yang paling Allah tidak sukai di muka bumi, kotoran-kotoran yang dipergunakan dalam sandiwara dan drama, di mana dia berprasangka kalau dunia perfilman dan sandiwara abad ke-20 telah mendapatkan hidayah hingga mencapainya. Siapakah yang memberikan mereka hidayah? Setan? Siapakah yang mendapatkan hidayah semacam ini? Mereka adalah gembong Yahudi, Nasrani, dan Komunis.
Apakah boleh kita menafsirkan kitab Allah subhanahu wa ta’ala yang agung dengan hasil terhina dan terkotor yang berasal dari otak-otak yang busuk dan buruk di abad ke-20. Celakalah ahli hawa nafsu dan kesesatan, yakni orang-orang yang bertaklid pada Yahudi dan Nasrani dengan membebek, kemudian mereka mengaku-ngaku sebagai para pemilik ide merdeka dan akal cemerlang.
[Dari: Nadzaraat fii Kitaabi At-Tashwiir Al-Fanniy fil Qur'aan Al-Kariim li Sayyid Quthb; Penulis: Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhaly; Edisi Indonesia: Bantahan Terhadap Kitab At-Tashwirul Fanniy Fil Qur'an karya Sayyid Quthb; Hal: 67-72; Penerjemah: Muhammad Fuad, Lc; Cetakan: Pertama, Maret 2008; Penerbit: Pustaka Ar Rayyan]
"Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya)." (Al-Anbiyaa': 16-18)
Inilah kita yang melontari semua kebatilan Sayyid Quthb dengan Al-Qur'an, maka Al-Qur'an akan menghancurkannya beserta segala permainan yang ada di dalamnya, visualisasi pertunjukan bioskop dan drama panggung. Kita katakan padanya dan kepada semua guru-gurunya dari Eropa:
"Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya)." (Al-Anbiyaa': 18)
Saya tidaklah mengetahui ada orang yang menandingi kekurangajaran Sayyid Quthb terhadap Al-Qur'an dalam lembaran keagamaan dan kesenian di mana menurutnya 'seni itu sederajat dengan Dien’. Lalu Sayyid Quthb berkata setelah itu:
((Sekarang kami katakan: Visualisasi pertunjukan kisah ini beraneka warna, sebuah warna yang menampilkan kekuatan gambaran dan lebih hidup, sebuah gambar yang melahirkan perasaan dan keadaan jiwa, serta gambar yang melukiskan kepribadian. Warna-warna ini tidaklah terpisah satu dari lainnya, akan tetapi salah satu darinya nampak jelas pada suatu posisi tapi kelihatan pada dua warna lainnya lalu dinamai dengan namanya. Adapun yang paling tepat ialah bahwa semua sentuhan seni ini nampak dalam pemandangan kisah secara keseluruhan…………….
Di sini, "panggung"-lah yang dapat menerangkan apa yang tidak sanggup dijelaskan oleh perkataan semata. Kita ambil pemaparannya dan kisah para pemilik kebun, penampilan Ibrahim dan Ismail di depan Ka'bah, visualisasi Nuh dengan anaknya di hadapan air bah…….. Semuanya adalah contoh kekuatan visualisasi yang hidup, sampai pembacapun benar-benar menyangka peristiwa itu ada di hadapannya, dia dapat merasakan dan melihatnya sesuai dengan apa yang telah kami jelaskan. Adapun sekarang, maka kami akan menambahkan contoh yang baru.
Inilah kita yang menyaksikan kisah ashhabul kahfi (para penghuni goa). Mereka memusyawarahkan urusan mereka setelah diberi hidayah oleh Allah subhanahu wa ta’ala, berpisah dari kaum musyrikin:
"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguh-nya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dan kebenaran". Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu." (Al-Kahfi : 13-16)
Sampai di sini selesailah pertunjukan dan diturunkanlah tirai, ataupun berakhir babak/seri pertama ini dengan gaya paling maju, di mana perfilman dan sandiwara panggung abad ke-20 diberi hidayah hingga mengetahuinya. Sewaktu diangkat tirai selanjutnya, maka kitapun telah mendapatkan mereka sudah melaksanakan keputusan yang mereka pilih. Inilah mereka yang berada di goa itu, inilah mereka yang dapat kita lihat dengan mata kepala. Pengungkapan di sini tidak meninggalkan satupun keraguan bahwa kita benar-benar melihatnya secara yakin )).
Ini adalah kedustaan yang jelas dalam menafsirkan kitab Allah subhanahu wa ta’ala yang berisi kisah terbaik. Perhatikanlah bagaimana dia melumuri tafsir kitab Allah subhanahu wa ta’ala dengan kotoran-kotoran dari tempat yang paling Allah tidak sukai di muka bumi, kotoran-kotoran yang dipergunakan dalam sandiwara dan drama, di mana dia berprasangka kalau dunia perfilman dan sandiwara abad ke-20 telah mendapatkan hidayah hingga mencapainya. Siapakah yang memberikan mereka hidayah? Setan? Siapakah yang mendapatkan hidayah semacam ini? Mereka adalah gembong Yahudi, Nasrani, dan Komunis.
Apakah boleh kita menafsirkan kitab Allah subhanahu wa ta’ala yang agung dengan hasil terhina dan terkotor yang berasal dari otak-otak yang busuk dan buruk di abad ke-20. Celakalah ahli hawa nafsu dan kesesatan, yakni orang-orang yang bertaklid pada Yahudi dan Nasrani dengan membebek, kemudian mereka mengaku-ngaku sebagai para pemilik ide merdeka dan akal cemerlang.
[Dari: Nadzaraat fii Kitaabi At-Tashwiir Al-Fanniy fil Qur'aan Al-Kariim li Sayyid Quthb; Penulis: Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhaly; Edisi Indonesia: Bantahan Terhadap Kitab At-Tashwirul Fanniy Fil Qur'an karya Sayyid Quthb; Hal: 67-72; Penerjemah: Muhammad Fuad, Lc; Cetakan: Pertama, Maret 2008; Penerbit: Pustaka Ar Rayyan]
0 komentar:
Posting Komentar