Kesimpulan Umum Ketiga:
Ikhwanul Muslimin menerima orang-orang yang mempersekutukan Allah ‘Azza wa Jalla dengan syirik akbar yang berdoa, menyembelih, nadzar dan selainnya- untuk masuk dalam keanggotaannya dan menganggap mereka sebagai saudara padahal akidah mereka meniadakan sendi Islam yang paling agung. Di samping itu mereka menganggap Rafidhah sebagai saudara padahal mereka telah mencela para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meyakini bahwa para imam mereka adalah ma'shum dan selain itu ...
Dalil kami tentang perkara di atas:
{1} Ketika menegakkan dakwahnya di Mesir, Hasan Al-Banna diikuti oleh puluhan bahkan ratusan ribu orang, tetapi belum pernah sekalipun kita dengar dia memberikan syarat kepada seseorang yang masuk dalam partainya untuk melepas akidah mereka sebelumnya yakni syirik dan khurafat, Jahmiyyah yang suka me-nolak nama dan sifat-sifat Allah ’Azza wa Jalla, Mu'tazilah yang meniadakan takdir, mereka yang berpaham bahwa Al-Quran adalah makhluk dan menentang keyakinan bahwa (penghuni surga, ed) kelak akan melihat Allah ’Azza wa Jalla di akherat dan Iain sebagainya. Belum pernah kita dengar dan kita baca dalam buku-bukunya bahwa dia berkata kepada seseorang: «Janganlah engkau bergabung dalam dakwah kami sampai engkau meninggalkan akidahmu yang lalu».
{2} Upaya Syaikh Al-Banna untuk mempertemukan antara Sunnah dan Syi'ah dan menganggap Syi'ah sebagai saudara selslam walaupun mereka memeluk banyak akidah yang bertentangan dengan Islam secara nyata.
Misalnya; Sangkaan buruk Syi'ah bahwa para imam mereka ma'shum, dalam persoalan ini mereka telah menyelisihi kesepakatan ulama kaum muslimin bahwa kema'shuman hanya dimiliki oleh para nabi ‘alaihimus sallam.
Di antaranya juga; Sangkaan buruk Syi'ah atau sebagian dari mereka -semoga Allah ’Azza wa Jalla melaknat mereka -bahwa Jibril ‘alaihissallam telah berkhianat, dimana dia memberikan kerasulan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya diberikan kepada Ali radhiyallahu ‘anhu, ini termasuk kekafiran yang paling busuk.
Juga; Makian Syi'ah terhadap Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Umar radhiyallahu ‘anhu, Utsman radhiyallahu ‘anhu. dan seluruh shahabat radhiyallahu ‘anhum serta tuduhan dusta mereka terhadap Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha padahal Allah ‘Azza wa Jalla telah melepaskan beliau radhiyallahu ‘anha dari tuduhan zina itu, maka ini adalah kekafiran, pengingkaran dan penentangan terhadap ayat Al-Quran yang telah membebaskan beliau radhiyallahu ‘anha dari tuduhan tersebut.
Juga; Sangkaan jahat mereka bahwa Al-Quran telah ditukar dan dirubah, serta telah dihapus lebih dari setengahnya, ini berarti mendustakan firman Allah’Azza wa Jalla:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9)
Juga; keyakinan mereka tentang bolehnya melakukan nikah mut'ah, dalam hal ini mereka telah menyalahi konsensus kaum muslimin bahwa perkara tersebut sudah dihapus.
Juga; Keyakinan mereka bahwa boleh seorang laki-laki menikahi lebih dari empat perempuan, hal ini juga menyelisihi kesepakatan kaum muslimin.
Juga; Mereka telah mempertuhankan imam-imamnya khususnya atau seluruh ahli bait secara umum dengan cara meng-hambakan anak keturunan mereka kepadanya dengan menamakan anak keturunannya; hamba Az-Zahra, hamba Husein, hamba Kazhim dan Iain-lain. Serta mereka meyakini bahwa siapa di antara mereka yang telah meninggal, maka akan sanggup mengabulkan doa dan menghilangkan kesusahan. 89)
Walaupun semua perkara yang mengkafirkan dan bala’ kekufuran yang sangat buruk ini melekat pada Syi'ah, namun Hasan Al-Banna tetap menganggap mereka sebagai saudara dalam Dien kemudian dengan gencarnya dia melakukan upaya rekonsiliasi antara Syi'ah dengan Ahlussunnah dan menguras tenaga yang tidak sedikit demi tujuan ini hingga para pengikutnya setelah itu menempuh jejak manhajnya.
Berkata Umar At-Tilmisani penasehat umum Ikhwanul Muslimin: ((Antusias Hasan Al-Banna untuk mencapai penyatuan kalimat kaum muslimin, dimana dia mengusulkan diadakannya muktamar untuk mengumpulkan firqah-firqah Islam semoga Allah ‘Azza wa Jalla memberikan mereka petunjuk sehingga menghasilkan konsensus akan suatu hal yang dapat menghalangi mereka dari tindakan mengkafirkan sebagian lainnya secara khusus, sedangkan Al-Quran kita satu, Dien kita satu, Ilah kita satu dan Rasul kita satu.
(Saya katakan: Apakah dapat terbayangkan firqah-firqah yang telah hidup dalam perselisihan selama seribu tahun bahkan lebih kemudian seluruhnya akan bersatu??)
(Lanjutan ucapan At-Tilmisani:) Fadhilatusy Syaikh Muhammad Al-Qammi salah seorang tokoh ulama dan pemimpin Syi'ah telah berkunjung ke markaz umum (Ikhwanul Muslimin) selama jangka waktu yang relatif tidak singkat. Sebagaimana juga sudah diketahui bersama bahwa Imam Al-Banna telah menemui tokoh utama Syi'ah Ayatullah Al-Kasysyani di musim haji tahun 1948 M hingga terjadi kesatuan faham antara keduanya, seperti yang diisyaratkan oleh salah seorang sosok tokoh Ikhwanul Muslimin hari ini dan salah seorang murid Imam Syahid (!!) yaitu Ustadz Abdul Muta'ali Al-Jabari dalam bukunya. 90)
Al-I’tisham menukil sebuah ucapan penulis Inggris yang, menyebutkan peran Al-Banna dalam mendekatkan Syi'ah.
Ustadz Al-Jabari memberikan komentar: Robert benar! Dia telah mencium dengan indera politiknya kurasan tenaga Imam (Al-Banna) dalam mendekatkan antara mazhab-mazhab Islam. Bagaimana seandainya dia mengetahui lebih jauh lagi peran maha besar yang dilakukan oleh Imam dalam urusan ini, dimana kesempatan seperti ini tidaklah cukup untuk menyebutkannya?! 91))
Juga dinukil dari buku At-Tilmisani Dzikrayat La Mudzakkirat, ia berkata: ((Di tahun empat puluhan seingat saya, Sayyid Qammi yang bermazhab Syi'ah berkunjung sebagai tamu ke markaz umum Ikhwanul Muslimin. Saat itu Imam (Al-Banna) sedang berupaya serius untuk mendekatkan golongan-golongan yang ada agar musuh-musuh Islam tidak mengambil perpecahan ini sebagai jalan mengoyak persatuan umat Islam.
Suatu hari kami menanyakan kepadanya tentang seberapa jauh perbedaan antara Ahlussunnah dan Syi'ah, maka dia melarang kami untuk terjun masuk ke dalam permasalahan-permasalahan semacam ini yang tidak sepantasnya bagi kaum muslimin menyibukkan diri mereka dengannya. Adapun sengketa yang terjadi antara kaum muslimin seperti yang engkau lihat, maka musuh-musuh Islam bekerja di balik itu mengobarkan apinya.
Maka kami berkata kepada beliau: Kami tidak menanyakan hal ini karena ta'ashshub (fanatik golongan) atau meluaskan perselisihan antara kaum muslimin tetapi kami menanyakannya demi ilmu, sebab perselisihan antara Ahlussunnah dan Syi'ah sudah disebutkan di dalam karangan yang banyak tanpa batas, sedangkan kami tidak mempunyai cukup waktu untuk mencari di dalam semua buku rujukan itu.
Maka ia -semoga Allah ‘Azza wa Jalla meridhainya- menjawab: Ketahuilah! Sesungguhnya Sunnah dan Syi'ah semuanya adalah kaum muslimin yang dikumpulkan oleh kalimat Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah, inilah asas akidah, sedangkan Sunnah dan Syi'ah dalam masalah ini sama dan semuanya berada dalam kesucian. Adapun perselisihan antara keduanya, maka itu terjadi pada perkara-perkara yang memungkinkan untuk dilakukan rekonsiliasi antara keduanya. 92))
Saya katakan: Perkataan bahwa "Syi'ah dan Ahlussunnah sama dan kesemuanya berada dalam kesucian": Perkataan ini tidak akan muncul melainkan dari seorang yang jahil atau salah besar, sebab:
Al-Khomaini telah menyatakan dengan tegas di dalam sebagian bukunya bahwa jika Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu sudah datang maka dia akan menyelamatkan umat lebih banyak daripada yang diselamatkan oleh Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya jarak perbedaan antara Ahlussunnah dan Syi'ah sangatlah jauh, tidak mungkin dilakukan rekonsiliasi kecuali salah satu pihak mau melepaskan akidahnya lalu ridha menganut akidah pihak lain. Dan hal ini tidak boleh dilakukan oleh seorang Sunni dan tidak mungkin dilakukan oleh Syi'ah, sekalipun sebenarnya wajib bagi Syi'ah untuk tunduk mengakui kebenaran yang dianut oleh Ahlussunnah.
Adapun perkataannya "Semuanya berada dalam kesucian" Dimanakah kesucian dari kaum yang berpandangan bahwa pendekatan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang afdhal ialah dengan menyakiti Ahlussunnah, demikian banyak kabar tentang permasalahan ini. Saya teringat ketika kami pergi untuk melakukan thawaf ifadhah dan sa’i di akhir malam 11 atau 12 Dzulhijjah, maka kami mendapati di bawah Shafa (sebelum sampai ke Shafa) banyak kotoran sepanjang kira-kira 15 m dalam jumlah yang banyak, menunjukkan bahwa pelakunya telah mengumpulkannya dalam karung lalu menyerakkannya, ketika itu orang-orang sepakat menuduh Syi'ah sebagai pelakunya, sebab menyakiti Ahlus-sunnah adalah salah satu sendi dan Dien mereka.
{3} Perkataan Hasan Al-Banna sewaktu menghadiri konferensi gabungan antara Amerika dan Inggris yang menyibukkan dunia Arab sehubungan dengan permasalahan Palestina. Al-Banna bertemu dengan mereka di Mesir mewakili gerakan Islam, ia katakan: "Saya menetapkan bahwa persengketaan kita dengan Yahudi bukan persengketaan agama, sebab Al-Quran mendorong untuk merangkul dan bersahabat dengan mereka, serta Islam adalah syari'at kemanusiaan sebelum menjadi syari'at kaum tertentu. Islam telah memuji mereka dan menciptakan kesepakatan antara kita dengan mereka:
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka." (QS. Al-Ankabut: 46)
Tatkala menyinggung tentang Yahudi, maka Al-Quran menyinggungnya dari sisi ekonomi, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
"Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka." (QS. An-Nisa': 160) 93)
Saya katakan: Bagaimana mempertemukan hal ini dengan kisah yang diceritakan Allah ‘Azza wa Jalla di dalam surat Al-Baqarah, Al-Maidah dan lainnya tentang Yahudi?! Bagaimana mempertemukan perkataan Al-Banna "Saya menetapkan bahwa persengketaan kita dengan Yahudi bukan persengketaan agama" dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla: "Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir." (Al-Baqarah: 98)
Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat ini tatkala mereka mengatakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Malaikat mana yang membawa wahyu kepadamu?", Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Jibril ‘alaihissallam". Maka mereka mengatakan, "Itu adalah musuh kami dari jenis malaikat, andaikan yang membawakan wahyu kepadamu adalah Mikail ‘alahisssallam maka kami tentu akan mengikutimu". Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat-ayat ini.
Lalu bagaimana mungkin dia menyatakan persengketaan: kita dengan Yahudi bukanlah persengketaan agama?! Subhanallah! Sesungguhnya ini benar-benar amat sangat mengherankan, ketika Allah ‘Azza wa Jalla menetapkan permusuhan Yahudi terhadap Allah ‘Azza wa Jalla, para malaikat, para rasul, Jibril dan Mikail lalu Allah ‘Azza wa Jalla membalas bahwa Dia ‘Azza wa Jalla adalah musuh siapa yang memusuhi semua mereka, lantas laki-laki ini (Al-Banna) datang dan menyangka dirinya seorang da'i yang mengajak kepada Allah ‘Azza wa Jalla kemudian menetapkan: Tidak ada persengketaan dengan Yahudi dalam urusan Dien. Padahal kata 'sengketa' lebih ringan dari 'permusuhan', karena kadang dua orang yang bersaudara (tidak bermusuhan) bersengketa. Sehingga peniadaan sengketa memberikan konsekwensi tidak adanya permusuhan dan perkara lain yang lebih ringan. Ini benar-benar perkara yang aneh dan mengherankan serta sikap buruk yang membingungkan. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
{4} Dia mengadakan perayaan untuk memuliakan Sayyid Muhammad Utsman Al-Miraghni. Al-Banna mengatakan dalam acara tersebut: ((Sesungguhnya rumah Ikhwanul Muslimin benar-benar sangat berbahagia dan sangat terhibur, sebab anda menerima semua hati yang suci ini, para jiwa mulia, rambu jihad, kesatria Arab dan pilihan pemimpin Islam. Saya menghaturkan kepada Pemimpin Sudan yang mulia Sayyid Muhammad Utsman AI Miraghni dan seluruh pihak yang menyambut undangan ini ucapan terima kasih yang melimpah dan dan terbesar …….. (sampai ucapannya:)
Para hadirin yang mulia! Mungkin banyak yang tidak mengetahui sesungguhnya kami Al-Ikhwan berhutang kepada para pemuka dari Sayyid Al-Miraghni berupa kecintaan yang tulus dan sambutan pemuliaan yang mereka berikan kepada kami sejak dahulu hingga sekarang setiap kali utusan kami pergi ke Sudan... Tidak... bahkan hutang sejak dahulu kala sejak dakwah ini tumbuh di Isma'iliyyah. Mereka adalah pendukung pertama dan para mujahid yang membuatkan markaz bagi dakwah ini ialah para Ikhwan Khatmi Miraghni.
Anda telah menghadiri perayaan Isra' Mi'raj pada tahun 1937 M yang bertempat di surau Sayyid Utsman Al-Miraghni yang mulia di Ismailiyyah, ia masih ada dan saya masih senantiasa mengingat saudara kita di sana. Jiwa Khatmi dan dukungan Khatmi berjalan bersama dakwah ini sejak terbitnya. Yang mulia Sayyid Utsman Al-Miraghni dan putra mahkota Sayyid Muhammad Utsman adalah orang pertama yang membawa bendera ini dan memberikan kabar gembira dengannya.
Inilah sejarah lama yang kami ungkapkan wahai hadirin yang mulia, kami sampaikan kepada yang mulia Sayyid Muhammad Utsman apa yang tersimpan dalam hati Al-Ikhwan berupa: rasa cinta, kasih dan pemuliaan.)) 94)
Sesungguhnya ucapan Al-Banna: "Sesungguhnya kami Al-Ikhwan berhutang budi kepada Sayyid Al-Miraghni berupa kecintaan yang lulus dan sambutan pemuliaan" juga ucapan terakhirnya: "Kami sampaikan kepada yang mulia Sayyid Muhammad Utsman apa yang terpendam dalam hati Al-Ikhwan berupa: rasa cinta, kasih dan pemuliaan".
Pujian dan pemuliaan ini benar-benar menunjukkan salah satu dua perkara:
89) Lihat buku Al-Kafii tulisan Al-Kalini yang bagi Rafidhah buku ini berkedudukan seperti Shahih Imam Al-Bukhari di sisi Ahlussunnah, disebutkan dalam I/200, kitab Hujjah, bab tentang Keghaiban, maksudnya para imam mereka mengetahui permasalahan ghaib Pada I/202, kitab Hujjah, bab Para Imam mengetahui kapan mereka akan wafat serta mereka tidak akan meninggal kecuali mereka sendiri yang rnemilihnya. Pada I/203, kitab Hujjah, bab Para imam mengetahui ilmu tentang apa yang telah dan akan terjadi, serta tidak tersembunyi dari mereka sesuatupun
Perhatikanlah kesesatan dan kebohongan nyata ini, namun dengan semua ini Ikhwanul Muslimin masih mau mendekatkan antara Ahlussunnah dan Rafidhah, bahkan Ikhwanul Muslimin berpandangan bahwa semua faham mereka Itu tidak mengharuskan Ikhtilaf dengan kita (Syaikh Muhammad bin Hadi hafizhahullah)
90) Limadza Ughtiila Hasan Al-Banna, halaman 32, dinukil dari: Ikhwanul Muslimun fil Miizan
91) Hasan Al-Banna Al-Qaid, halaman 78
92) Dzikrayat Laa Mudzakkirat, Umar At-Tilmisani, halaman 249-250
93) Kitab Al-Ikhwan Al-Muslimun Ahdats Shana'at At-Tarikh (I/409) dan Hasan Al-Banna Mawaqif fid Da’wah wat Tarbiyah (hal. 488)
[Dari : Al Mauridu Al'Adzbi Az-Zalaal Fiima Untuqida 'Alaa Ba'dli Al-Manahij Ad-Da'awiyah Min Al-'Aqaaid wa Al-A'mal; Penulis: Syaikh Al-Allamah Ahmad bin Yahya bin Muhammad An-Najmi hafizhahullah; Resensi dan Pujian: Shahibul Fadhilah Asy-Syaikh Al-'Allamah Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah - Fadhilatusy Syaikh Rabi' bin Hadi Umair Al-Madkhali hafizhahullah; Edisi Indonesia: Mengenal Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin; Halaman: 210-217; Penerjemah: Muhammad Fuad Qawam, Lc.; Cetakan Pertama: Sya'ban 1426 H/ September 2005M; Penerbit: Cahaya Tauhid Press, Malang]
Misalnya; Sangkaan buruk Syi'ah bahwa para imam mereka ma'shum, dalam persoalan ini mereka telah menyelisihi kesepakatan ulama kaum muslimin bahwa kema'shuman hanya dimiliki oleh para nabi ‘alaihimus sallam.
Di antaranya juga; Sangkaan buruk Syi'ah atau sebagian dari mereka -semoga Allah ’Azza wa Jalla melaknat mereka -bahwa Jibril ‘alaihissallam telah berkhianat, dimana dia memberikan kerasulan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya diberikan kepada Ali radhiyallahu ‘anhu, ini termasuk kekafiran yang paling busuk.
Juga; Makian Syi'ah terhadap Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Umar radhiyallahu ‘anhu, Utsman radhiyallahu ‘anhu. dan seluruh shahabat radhiyallahu ‘anhum serta tuduhan dusta mereka terhadap Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha padahal Allah ‘Azza wa Jalla telah melepaskan beliau radhiyallahu ‘anha dari tuduhan zina itu, maka ini adalah kekafiran, pengingkaran dan penentangan terhadap ayat Al-Quran yang telah membebaskan beliau radhiyallahu ‘anha dari tuduhan tersebut.
Juga; Sangkaan jahat mereka bahwa Al-Quran telah ditukar dan dirubah, serta telah dihapus lebih dari setengahnya, ini berarti mendustakan firman Allah’Azza wa Jalla:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9)
Juga; keyakinan mereka tentang bolehnya melakukan nikah mut'ah, dalam hal ini mereka telah menyalahi konsensus kaum muslimin bahwa perkara tersebut sudah dihapus.
Juga; Keyakinan mereka bahwa boleh seorang laki-laki menikahi lebih dari empat perempuan, hal ini juga menyelisihi kesepakatan kaum muslimin.
Juga; Mereka telah mempertuhankan imam-imamnya khususnya atau seluruh ahli bait secara umum dengan cara meng-hambakan anak keturunan mereka kepadanya dengan menamakan anak keturunannya; hamba Az-Zahra, hamba Husein, hamba Kazhim dan Iain-lain. Serta mereka meyakini bahwa siapa di antara mereka yang telah meninggal, maka akan sanggup mengabulkan doa dan menghilangkan kesusahan. 89)
Walaupun semua perkara yang mengkafirkan dan bala’ kekufuran yang sangat buruk ini melekat pada Syi'ah, namun Hasan Al-Banna tetap menganggap mereka sebagai saudara dalam Dien kemudian dengan gencarnya dia melakukan upaya rekonsiliasi antara Syi'ah dengan Ahlussunnah dan menguras tenaga yang tidak sedikit demi tujuan ini hingga para pengikutnya setelah itu menempuh jejak manhajnya.
Berkata Umar At-Tilmisani penasehat umum Ikhwanul Muslimin: ((Antusias Hasan Al-Banna untuk mencapai penyatuan kalimat kaum muslimin, dimana dia mengusulkan diadakannya muktamar untuk mengumpulkan firqah-firqah Islam semoga Allah ‘Azza wa Jalla memberikan mereka petunjuk sehingga menghasilkan konsensus akan suatu hal yang dapat menghalangi mereka dari tindakan mengkafirkan sebagian lainnya secara khusus, sedangkan Al-Quran kita satu, Dien kita satu, Ilah kita satu dan Rasul kita satu.
(Saya katakan: Apakah dapat terbayangkan firqah-firqah yang telah hidup dalam perselisihan selama seribu tahun bahkan lebih kemudian seluruhnya akan bersatu??)
(Lanjutan ucapan At-Tilmisani:) Fadhilatusy Syaikh Muhammad Al-Qammi salah seorang tokoh ulama dan pemimpin Syi'ah telah berkunjung ke markaz umum (Ikhwanul Muslimin) selama jangka waktu yang relatif tidak singkat. Sebagaimana juga sudah diketahui bersama bahwa Imam Al-Banna telah menemui tokoh utama Syi'ah Ayatullah Al-Kasysyani di musim haji tahun 1948 M hingga terjadi kesatuan faham antara keduanya, seperti yang diisyaratkan oleh salah seorang sosok tokoh Ikhwanul Muslimin hari ini dan salah seorang murid Imam Syahid (!!) yaitu Ustadz Abdul Muta'ali Al-Jabari dalam bukunya. 90)
Al-I’tisham menukil sebuah ucapan penulis Inggris yang, menyebutkan peran Al-Banna dalam mendekatkan Syi'ah.
Ustadz Al-Jabari memberikan komentar: Robert benar! Dia telah mencium dengan indera politiknya kurasan tenaga Imam (Al-Banna) dalam mendekatkan antara mazhab-mazhab Islam. Bagaimana seandainya dia mengetahui lebih jauh lagi peran maha besar yang dilakukan oleh Imam dalam urusan ini, dimana kesempatan seperti ini tidaklah cukup untuk menyebutkannya?! 91))
Juga dinukil dari buku At-Tilmisani Dzikrayat La Mudzakkirat, ia berkata: ((Di tahun empat puluhan seingat saya, Sayyid Qammi yang bermazhab Syi'ah berkunjung sebagai tamu ke markaz umum Ikhwanul Muslimin. Saat itu Imam (Al-Banna) sedang berupaya serius untuk mendekatkan golongan-golongan yang ada agar musuh-musuh Islam tidak mengambil perpecahan ini sebagai jalan mengoyak persatuan umat Islam.
Suatu hari kami menanyakan kepadanya tentang seberapa jauh perbedaan antara Ahlussunnah dan Syi'ah, maka dia melarang kami untuk terjun masuk ke dalam permasalahan-permasalahan semacam ini yang tidak sepantasnya bagi kaum muslimin menyibukkan diri mereka dengannya. Adapun sengketa yang terjadi antara kaum muslimin seperti yang engkau lihat, maka musuh-musuh Islam bekerja di balik itu mengobarkan apinya.
Maka kami berkata kepada beliau: Kami tidak menanyakan hal ini karena ta'ashshub (fanatik golongan) atau meluaskan perselisihan antara kaum muslimin tetapi kami menanyakannya demi ilmu, sebab perselisihan antara Ahlussunnah dan Syi'ah sudah disebutkan di dalam karangan yang banyak tanpa batas, sedangkan kami tidak mempunyai cukup waktu untuk mencari di dalam semua buku rujukan itu.
Maka ia -semoga Allah ‘Azza wa Jalla meridhainya- menjawab: Ketahuilah! Sesungguhnya Sunnah dan Syi'ah semuanya adalah kaum muslimin yang dikumpulkan oleh kalimat Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah, inilah asas akidah, sedangkan Sunnah dan Syi'ah dalam masalah ini sama dan semuanya berada dalam kesucian. Adapun perselisihan antara keduanya, maka itu terjadi pada perkara-perkara yang memungkinkan untuk dilakukan rekonsiliasi antara keduanya. 92))
Saya katakan: Perkataan bahwa "Syi'ah dan Ahlussunnah sama dan kesemuanya berada dalam kesucian": Perkataan ini tidak akan muncul melainkan dari seorang yang jahil atau salah besar, sebab:
- Apakah orang yang memaki Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan Umar radhiyallahu ‘anhu, mengkafirkan dan menuduh keduanya telah melakukan pengkhianatan -adalah sama dengan siapa yang memuliakan keduanya, selalu mendoakan agar mendapatkan keridhaan dan meyakini bahwa keduanya adalah umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling afdhal setelah Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam?!
- Apakah orang yang meyakini bahwa imam yang dua belas dari ahli bait adalah ma'shum -sama dengan orang yang menganggap mereka semua sama dengan muslimin lainnya?!
- Apakah orang yang menghambakan generasi penerusnya kepada ahli bait dan menamakan generasinya dengan; hamba Az-Zahra, hamba Al-Husein dan lainnya dapat disamakan dengan orang yang hanya memberikan penghambaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla saja?!
Al-Khomaini telah menyatakan dengan tegas di dalam sebagian bukunya bahwa jika Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu sudah datang maka dia akan menyelamatkan umat lebih banyak daripada yang diselamatkan oleh Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya jarak perbedaan antara Ahlussunnah dan Syi'ah sangatlah jauh, tidak mungkin dilakukan rekonsiliasi kecuali salah satu pihak mau melepaskan akidahnya lalu ridha menganut akidah pihak lain. Dan hal ini tidak boleh dilakukan oleh seorang Sunni dan tidak mungkin dilakukan oleh Syi'ah, sekalipun sebenarnya wajib bagi Syi'ah untuk tunduk mengakui kebenaran yang dianut oleh Ahlussunnah.
Adapun perkataannya "Semuanya berada dalam kesucian" Dimanakah kesucian dari kaum yang berpandangan bahwa pendekatan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang afdhal ialah dengan menyakiti Ahlussunnah, demikian banyak kabar tentang permasalahan ini. Saya teringat ketika kami pergi untuk melakukan thawaf ifadhah dan sa’i di akhir malam 11 atau 12 Dzulhijjah, maka kami mendapati di bawah Shafa (sebelum sampai ke Shafa) banyak kotoran sepanjang kira-kira 15 m dalam jumlah yang banyak, menunjukkan bahwa pelakunya telah mengumpulkannya dalam karung lalu menyerakkannya, ketika itu orang-orang sepakat menuduh Syi'ah sebagai pelakunya, sebab menyakiti Ahlus-sunnah adalah salah satu sendi dan Dien mereka.
{3} Perkataan Hasan Al-Banna sewaktu menghadiri konferensi gabungan antara Amerika dan Inggris yang menyibukkan dunia Arab sehubungan dengan permasalahan Palestina. Al-Banna bertemu dengan mereka di Mesir mewakili gerakan Islam, ia katakan: "Saya menetapkan bahwa persengketaan kita dengan Yahudi bukan persengketaan agama, sebab Al-Quran mendorong untuk merangkul dan bersahabat dengan mereka, serta Islam adalah syari'at kemanusiaan sebelum menjadi syari'at kaum tertentu. Islam telah memuji mereka dan menciptakan kesepakatan antara kita dengan mereka:
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka." (QS. Al-Ankabut: 46)
Tatkala menyinggung tentang Yahudi, maka Al-Quran menyinggungnya dari sisi ekonomi, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
"Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka." (QS. An-Nisa': 160) 93)
Saya katakan: Bagaimana mempertemukan hal ini dengan kisah yang diceritakan Allah ‘Azza wa Jalla di dalam surat Al-Baqarah, Al-Maidah dan lainnya tentang Yahudi?! Bagaimana mempertemukan perkataan Al-Banna "Saya menetapkan bahwa persengketaan kita dengan Yahudi bukan persengketaan agama" dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla: "Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir." (Al-Baqarah: 98)
Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat ini tatkala mereka mengatakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Malaikat mana yang membawa wahyu kepadamu?", Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Jibril ‘alaihissallam". Maka mereka mengatakan, "Itu adalah musuh kami dari jenis malaikat, andaikan yang membawakan wahyu kepadamu adalah Mikail ‘alahisssallam maka kami tentu akan mengikutimu". Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat-ayat ini.
Lalu bagaimana mungkin dia menyatakan persengketaan: kita dengan Yahudi bukanlah persengketaan agama?! Subhanallah! Sesungguhnya ini benar-benar amat sangat mengherankan, ketika Allah ‘Azza wa Jalla menetapkan permusuhan Yahudi terhadap Allah ‘Azza wa Jalla, para malaikat, para rasul, Jibril dan Mikail lalu Allah ‘Azza wa Jalla membalas bahwa Dia ‘Azza wa Jalla adalah musuh siapa yang memusuhi semua mereka, lantas laki-laki ini (Al-Banna) datang dan menyangka dirinya seorang da'i yang mengajak kepada Allah ‘Azza wa Jalla kemudian menetapkan: Tidak ada persengketaan dengan Yahudi dalam urusan Dien. Padahal kata 'sengketa' lebih ringan dari 'permusuhan', karena kadang dua orang yang bersaudara (tidak bermusuhan) bersengketa. Sehingga peniadaan sengketa memberikan konsekwensi tidak adanya permusuhan dan perkara lain yang lebih ringan. Ini benar-benar perkara yang aneh dan mengherankan serta sikap buruk yang membingungkan. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
{4} Dia mengadakan perayaan untuk memuliakan Sayyid Muhammad Utsman Al-Miraghni. Al-Banna mengatakan dalam acara tersebut: ((Sesungguhnya rumah Ikhwanul Muslimin benar-benar sangat berbahagia dan sangat terhibur, sebab anda menerima semua hati yang suci ini, para jiwa mulia, rambu jihad, kesatria Arab dan pilihan pemimpin Islam. Saya menghaturkan kepada Pemimpin Sudan yang mulia Sayyid Muhammad Utsman AI Miraghni dan seluruh pihak yang menyambut undangan ini ucapan terima kasih yang melimpah dan dan terbesar …….. (sampai ucapannya:)
Para hadirin yang mulia! Mungkin banyak yang tidak mengetahui sesungguhnya kami Al-Ikhwan berhutang kepada para pemuka dari Sayyid Al-Miraghni berupa kecintaan yang tulus dan sambutan pemuliaan yang mereka berikan kepada kami sejak dahulu hingga sekarang setiap kali utusan kami pergi ke Sudan... Tidak... bahkan hutang sejak dahulu kala sejak dakwah ini tumbuh di Isma'iliyyah. Mereka adalah pendukung pertama dan para mujahid yang membuatkan markaz bagi dakwah ini ialah para Ikhwan Khatmi Miraghni.
Anda telah menghadiri perayaan Isra' Mi'raj pada tahun 1937 M yang bertempat di surau Sayyid Utsman Al-Miraghni yang mulia di Ismailiyyah, ia masih ada dan saya masih senantiasa mengingat saudara kita di sana. Jiwa Khatmi dan dukungan Khatmi berjalan bersama dakwah ini sejak terbitnya. Yang mulia Sayyid Utsman Al-Miraghni dan putra mahkota Sayyid Muhammad Utsman adalah orang pertama yang membawa bendera ini dan memberikan kabar gembira dengannya.
Inilah sejarah lama yang kami ungkapkan wahai hadirin yang mulia, kami sampaikan kepada yang mulia Sayyid Muhammad Utsman apa yang tersimpan dalam hati Al-Ikhwan berupa: rasa cinta, kasih dan pemuliaan.)) 94)
Sesungguhnya ucapan Al-Banna: "Sesungguhnya kami Al-Ikhwan berhutang budi kepada Sayyid Al-Miraghni berupa kecintaan yang lulus dan sambutan pemuliaan" juga ucapan terakhirnya: "Kami sampaikan kepada yang mulia Sayyid Muhammad Utsman apa yang terpendam dalam hati Al-Ikhwan berupa: rasa cinta, kasih dan pemuliaan".
Pujian dan pemuliaan ini benar-benar menunjukkan salah satu dua perkara:
- Mungkin dia berserikat dengan Al-Miraghni dalam akidah wihdatul wujud. Ini adalah akidah buruk, demikian pula yang menyamainya juga buruk, Al-Miraghni merupakan salah seorang tokoh wihdatul wujud dan pendetanya.
- Mungkin dia tidak mempunyai wala' dan bara'. Apakah seorang yang tumbuh berkembang dengan tauhid dan akidah Salafiyyah akan berfaham demikian?!
89) Lihat buku Al-Kafii tulisan Al-Kalini yang bagi Rafidhah buku ini berkedudukan seperti Shahih Imam Al-Bukhari di sisi Ahlussunnah, disebutkan dalam I/200, kitab Hujjah, bab tentang Keghaiban, maksudnya para imam mereka mengetahui permasalahan ghaib Pada I/202, kitab Hujjah, bab Para Imam mengetahui kapan mereka akan wafat serta mereka tidak akan meninggal kecuali mereka sendiri yang rnemilihnya. Pada I/203, kitab Hujjah, bab Para imam mengetahui ilmu tentang apa yang telah dan akan terjadi, serta tidak tersembunyi dari mereka sesuatupun
Perhatikanlah kesesatan dan kebohongan nyata ini, namun dengan semua ini Ikhwanul Muslimin masih mau mendekatkan antara Ahlussunnah dan Rafidhah, bahkan Ikhwanul Muslimin berpandangan bahwa semua faham mereka Itu tidak mengharuskan Ikhtilaf dengan kita (Syaikh Muhammad bin Hadi hafizhahullah)
90) Limadza Ughtiila Hasan Al-Banna, halaman 32, dinukil dari: Ikhwanul Muslimun fil Miizan
91) Hasan Al-Banna Al-Qaid, halaman 78
92) Dzikrayat Laa Mudzakkirat, Umar At-Tilmisani, halaman 249-250
93) Kitab Al-Ikhwan Al-Muslimun Ahdats Shana'at At-Tarikh (I/409) dan Hasan Al-Banna Mawaqif fid Da’wah wat Tarbiyah (hal. 488)
[Dari : Al Mauridu Al'Adzbi Az-Zalaal Fiima Untuqida 'Alaa Ba'dli Al-Manahij Ad-Da'awiyah Min Al-'Aqaaid wa Al-A'mal; Penulis: Syaikh Al-Allamah Ahmad bin Yahya bin Muhammad An-Najmi hafizhahullah; Resensi dan Pujian: Shahibul Fadhilah Asy-Syaikh Al-'Allamah Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah - Fadhilatusy Syaikh Rabi' bin Hadi Umair Al-Madkhali hafizhahullah; Edisi Indonesia: Mengenal Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin; Halaman: 210-217; Penerjemah: Muhammad Fuad Qawam, Lc.; Cetakan Pertama: Sya'ban 1426 H/ September 2005M; Penerbit: Cahaya Tauhid Press, Malang]
0 komentar:
Posting Komentar