Penyimpangan Kelima: Kehadiran Al-Banna dalam Perayaan-perayaan Bid'ah dan Ceramah yang Dia Lakukan di sana


Kesimpulan Umum Kelima:
Kehadiran Al-Banna dalam perayaan-perayaan bid'ah dan ceramah yang dia lakukan di sana


Dikatakan dalam Qafilah Al-Ikhwan: ((Hasan Al-Banna di Iskandariyyah... (Lalu diteruskan:) Ikhwanul Muslimin Iskandariyyah mengundang kedatangannya pada perayaan maulid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam acara yang dihadiri oleh Fadhilah Mursyid Umum (Al-Banna) di Masjid Nabiyullah Danial. Al-Ikhwan menjemput Ustadz Mursyid di terminal Al-Hadidiyyah sebelum shalat maghrib...

Ustadz Mursyid memulai ceramahnya dengan hamdalah sanjungan untuk Allah ‘Azza wa jalla, shalawat dan salam untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian memasuki pembicaraan sesuai tema acara: Kita menghidupkan peringatan Maulid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menjadi kewajiban semua orang baik muslimin atau bukan untuk merayakan peringatan yang penuh berkah ini. Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak datang untuk kaum muslimin saja, bahkan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam: jin dan manusia……..99))

Mahmud Abdul Halim berkata dalam buku Al-Ikhwanul Muslimuni Ahdats Shana'at At-Tariikh: "Al-Ikhwan mengadakan perayaan dl persimpangan Al-Abbasiyyah Cairo dalam acara peringatan Perang Badar. Mursyid Umum menyampaikan pidato-nya dalam acara itu dan disebarluaskan oleh koran-koran yang terbit hari berikutnya."100)

Dalam majalah Ad-Da'wah halaman 4-5 seri XIII bulan Rajab 1397 H dinyatakan: "Sesungguhnya Umar At-Tilmisani menulis sebuah artikel dengan judul Isra. La katakan di dalamnya "Orang yang mengadakan perayaan acara ini menunjukkan pengagungan-nya terhadal mu'jizat luar biasa itu."101)

Saya katakan: Perayaan maulid adalah bid'ah yang diada-adakan oleh para pengikut Al-Ubaidi yang menguasai Maghrib lalu kerajaan mereka meluas hingga ke Mesir pada abad V H. Perayaan ini tidak pernah dilakukan oleh seorangpun dari Khulafa' yang empat radhiyallahu ‘anhum, para shahabat lain radhiyallahu ‘anhum serta generasi abad-abad yang utama, Mungkinkah mereka mengetahui keutamaannya kemudian meninggalkannya?? Ataukah mereka tidak mengetahui keutamaannya??

Kalau kalian katakan "Mereka mengetahui keutamaannya lalu meninggalkannya", maka kalian telah berbuat kedustaan atas mereka. Sedangkan apabila kalian mengatakan "Mereka bodoh (tidak mengetahui) hal itu" sementara kalian mengetahuinya, maka kalianlah yang lebih pantas untuk dikatakan bodoh daripada mereka.

________________________

99) Qafilah Al-lkhwaan I/48

100) Lihat III/127

101) Dinukilkan dari buku Al Ikhwanul Muslimun fl Mizanil lslam, halaman 71

[Dari : Al Mauridu Al'Adzbi Az-Zalaal Fiima Untuqida 'Alaa Ba'dli Al-Manahij Ad-Da'awiyah Min Al-'Aqaaid wa Al-A'mal; Penulis: Syaikh Al-Allamah Ahmad bin Yahya bin Muhammad An-Najmi hafizhahullah; Resensi dan Pujian: Shahibul Fadhilah Asy-Syaikh Al-'Allamah Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah - Fadhilatusy Syaikh Rabi' bin Hadi Umair Al-Madkhali hafizhahullah; Edisi Indonesia: Mengenal Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin; Halaman: 222-223; Penerjemah: Muhammad Fuad Qawam, Lc.; Cetakan Pertama: Sya'ban 1426 H/ September 2005M; Penerbit: Cahaya Tauhid Press, Malang]

0 komentar: